Jumat, 21 Oktober 2011

Antara Novel dan Skenario.

Aku akan mengenalkanmu pada cinta segitiga yang sangat kompleks dan rumit. Kamu harus memperhatikan jenis FONT yang menandakan Past & Present time. Sebab aku menuliskannya seperti Flashback & Present time pada sebuah skenario. Flashback ini dapat berupa double flashback. Bingung? Tidak. Kamu akan tahu urutannya.

Awalnya novel ini hanyalah 167 halaman. Lalu berkembang menjadi 247 halaman. Ini adalah jumlah terakhir yang kutawarkan pada Gramedia Pustaka Utama. Editorku yang baik mengatakan novel ini memiliki alur yang unik namun peralihan adegan sangat cepat. Tidak ada kata-kata yang menari, atau kalimat indah yang melambai. Sebab novel memiliki ruang yang sangat luas untuk bermain kata-kata dan memainkan perasaan hati pembaca. Daisyflo ditulis dalam konsep skenario film yang terlalu cepat! Ibarat sebuah film, Cut to Cut terlalu cepat. Adegan bagus, tapi emosinya kurang mengigit!

Kepalaku pusing tujuh keliling.
Aku ingat ketika memulai awal penulisan novel, rasanya aku mampu menulis berhalaman-halaman untuk sebuah adegan. Lalu ketika aku menulis skenario, halaman-halaman yang 'melambai' itu dibabat sebab membuang durasi, dipanjang-panjangin dan ngantuk. Aku berusaha keras menulis sebuah skenario film dengan pergantian alur yang tidak bertele-tele. Ketika aku menikmati cara penulisan ala skenario, mempraktekkannya pada beberapa novelku, aku harus merestart kembali gaya penulisanku.

Tentu--aku--sangat--pusing!
Butuh waktu untuk mengembalikan mood. Aku membaca Daisyflo berkali-kali hingga aku hafal! Aku menyetel soundtrack pilihanku untuk novel ini, membawanya kemanapun aku pergi, menulis cuplikan adegan yang aku sukai, menulis beberapa paragraf sesuka hati hanya untuk memancing mood. Aku mengintip roh tokoh-tokoh didalamnya, membelah diriku, entah beberapa bulan lamanya ditambah kesibukanku yang membuatku sulit untuk konsentrasi, namun... Ketika mood terbangun, aku mulai menulis dan menulis - seperti manusia yang penuh dahaga. Hasilnya, dari 247 halaman menjadi 333 halaman.

Sekarang kata-kata terbaca lebih indah. Tokoh-tokoh berkembang, background lebih kuat dan setelah riset yang hampir membuatku menjadi 'penjual security camera' atau 'wartawan informatika khusus GPS Tracker' atau 'satpam', 'illustrator', 'psikiater', aku puas dengan hasilnya.

Semoga, Daisyflo bisa mendapatkan tempat dihatimu. Terima kasih tak terhingga untuk semua pihak yang telah membantuku menyelesaikan novel ini.

Jika aku adalah Tara.

Daisyflo adalah sebuah novel yang sangat dekat denganku. Aku mengambil roh tokoh-tokohnya dari teman-teman yang aku kasihi. Mereka sangat berarti untukku, baik ataupun buruk. Menulis novel ini membuat perasaanku kacau balau. Untuk tokoh Tara sendiri, seorang gadis manis yang penuh luka hati -- memaksaku untuk menjadi dirinya.

Aku adalah Tara. Maka berpikirlah dengan otaknya, melihatlah dengan matanya, berkatalah dengan kata-katanya. Bencinya pada Tora membuatku marah, cintanya pada Junot mengiris hatiku, kekakuannya pada Alexander membuatku sinis. Tara sungguh-sungguh merasuki diriku, sehingga sama seperti dirinya -- akupun butuh seorang psikiater untuk menahanku agar tidak 'membunuh' Tora.

Bagian yang terburuk adalah, cintanya pada Junot -- sungguh menyiksa batinku. Aku jatuh cinta dan patah hati. Aku tertawa dan menangis untuknya. Tidakkah kamu lihat? Aku sungguh-sungguh patah hati. Rasa hatiku belum juga normal. Rasanya sangat menyakitkan! Seperti... hidup segan, mati tak mau. Hmm...

Kini Daisyflo sudah tamat. Cover pun dalam pengembangan. Beberapa tokoh dan soundtrack didalamnya masih menghantuiku. Sama seperti Tara, aku pun harus minta maaf. Pada seseorang bernama 'Junot'.

Percayakah kamu?

Daisyflo, basic cover.



Daisy,
bunga putih yang manis dan sederhana.

Basic cover ini mewakili Tara, sang tokoh cerita. Kuntum bunga putih, sebagian mengering sehingga kelopak bunga tidak lagi mekar sempurna. Aku suka background colour yang kontras. Sangat cantik, misterius dan eyecatching. Aku harus bersabar menunggu pengembangan cover.

Daisyflo, tahukah kamu apa maknanya?